PERIKANAN

                Kabupaten  Daerah  Tingkat  II Lamongan memiliki sumber daya perikanan yang  berpotensi cukup besar dan   sangat    prospektif  untuk dikembangkan  secara  optimal  melalui  teknologi  maju. Pembangunan  perikanan meliputi penangkapan ikan di laut dan di perairan umum, budidaya, serta pengolahan dan pemasaran.

               Pembangunan  Perikanan  selama  Pelita V mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, hal ini terlihat dari sumber daya yang dikelola dan  tingkat  produksi  yang dihasilkan mengalami peningkatan. Luas areal  untuk  budidaya  perikanan  pada awal Pelita V (1989) hanya seluas 13.470,5 Ha, pada akhir Pelita V  1993) menjadi  16.257,3 Ha, atau naik rata-rata  per tahun sebesar  4,92 %.  Sedangkan untuk penangkapan ikan di perairan  umum pada  awal  Pelita V  hanya 10.755,9 Ha dan  menjadi  11.041,5 Ha  pada akhir  Pelita V. Seterusnya, waduk dan rawa 10.076 Ha menjadi 10.266 ha, sungai dari 597,9 Km menjadi 855,5 Km.

                keadaan  tenaga  kerja dari sub sektor Perikanan selama Pelita V  mengalami  peningkatan. Pada awal PelitaV petani   ikan berjumlah   21  .901RTP  ( Rumah  Tangga  Perikanan ),   nelayan   perairan   umum   sebanyak  4.138 RTP,  nelayan  laut   sebanyak   21.946  RTP. Pada  akhir   Pelita V (1993)  secara  berurutan   naik   menjadi  23.206   RTP,   7.740 RTP,  22.777 RTP., atau  mengalami kenaikan rata-rata setiap tahun sebesar 3,02 %.

                Produktivitas  hasil perikanan mengalami peningkatan. Pada awal Pelita V, produksi  perikanan dari usaha budidaya,  penangkapan  di  perairan  umum  dan  penangkapan  di  laut  mencapai  44.247,24  ton  dan  pada  akhir Pelita V meningkat mencapai 53.921,37 ton, atau naik rata-rata sebesar 5,30 % per tahun.

                Sesuai dengan meningkatnya  produksi, nilai produksinya  juga  mengalami  kenaikan. Pada akhir Pelita V meningkat   menjadi   Rp. 65.285.522,00,  atau  rata-rata  naik   sebesar  19,93 %   per  tahun.  Bertambahnya  tingkat produksi  dan  produktivitas perikanan di sebabkan perhatian  Pemerintah  dengan  investasi  yang selama 5 tahun (1987/1988-1991/1992) mencapai jumlah yang cukup besar, yaitu Rp. 107.099.283,00.

                Untuk  memacu  produksi  perikanan, Pemerintah Daerah juga mengembangkan  fasilitas-fasilitas  sebagai berikut :

  1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI), untuk    
  • Pelayanan penangkapan ikan perairan laut : 4 unit yaitu TPI Brondong, Weru, Kranji dan Labuhan
  • Pelayanan penangkapan budidaya : 2 unit yaitu di Desa Blawi dan Desa Dinoyo.
  1. Pelabuhan Ikan Nusantara II Brondong, merupakan tempat pendaratan ikan terbesar di Jawa Timur.

                Pelabuhan   ini  sangat  menunjang  usaha  perikanan  tradisional,  terutama  untuk  mempelancar  operasi penangkapan,   pendaratan   dan   pengolahan   ikan   hasil   tangkapan  laut  di  wilayah  pantai  utara   Kabupaten Lamongan .Pelabuhan ini sebelumnya merupakan Pusat Pendaratan Ikan (PPI), kemudian berdasarkan SK Menteri Pertanian   tanggal  14   Juli  1987  Nomor : 428/KPTS/IK.410/87  diubah  statusnya  menjadi  Pelabuhan  Perikanan Nusantara III ( setelah Belawan dan Pekalongan). Pelabuhan  ini  secara bertahap terus  ditingkatkan kapasitasnya sesuai dengan rencana dan potensi sumberdaya perikana yang ada.

                Mulai  tahun  1989 di Pelabuhan Brondong  sudah  dilaksanakan lelang murni. Pada  tahun 1993/1994 dari jumlah Rp. 1,2 milyar hasil restribusi perikanan PAD Jawa Timur, Rp. 645 juta diantaranya di pasok dari Brondong. Sedangakn PAD Tingkat II Lamongan pada tahun yang sama mampu menyumbang Rp. 138,265 juta.

TPI Brondong

Produksi ikan meramaikan pasar dan
menjadi jati diri ekonomi rakyat Lamongan

  1. Pembangunan Pembenihan Bandeng Tanjung Kodok.

                Sawah  tambak di Kabupaten Lamongan yang mulanya dirintis oleh H. Mashoer  alias Atip, Kepala  Desa Plosobuden Kecamatan deket pada tahun 1952 pada sawah miliknya seluas 0,9 Ha mengalami perkembangan yang sangat peast. Pada tahun 1995 telah terdapat 15.250 ha. Hal ini karena pendapatan petani mengalami peningakatan yang  cukup  berarti utamanya penghasilan ikan Bandeng, Tawes, Tombro yang telah dibudidayakan. Pendapatan perkapita  sawah  tambak  pada  tahun  1993  telah  mencapai  1,6  juta  rupiah. Pusat perkembangan sawah tambak terdapat di kawasan rawa-rawa (Bengawan Jero) wilayah tengah Kabupaten Lamongan yaitu di Kecamatan Deket, Karangbinangun, Glagah, Kalitengah dan Karanggeneng. Sawah tambak saat  ini  juga  berkembang di Kecamatan lamongan, Turi, Sukodadi, Pucuk, sekaran dan Babat.

Budidaya Tambak

Wagub Jawa Timur Drs. Suprapto di dampingi
Bupati RH. Mohamad Faried, SH melakukan
tebar benih ikan dilahan Proyek Tamyamsang

                untuk memenuhi kebutuhan akan benih ikan maka mulai tahun 1994 di bangun pembenihan ikan bandeng di kawasan  wisata  Tanjung Kodok  dengan  dana hampir  mencapai 1 milyar  rupiah bersumber dari dana bantuan Pemerintah  Pusat  (AMPR)  sebesar  Rp. 100.000.000,00, dari d ana Inpres Dati II tahun 1995/1996 sebesar 150 juta rupiah   dan  dari   dana  investasi   PT.  Egindo  Chendra  sebesar   Rp. 600.962.350,00 .Pembangunan  Pembenihan Bandeng   Tanjung   Kodok   ini   diresmikan   oleh   Menteri   Pertanian   Prof. Dr. Syarifudin   Baharsyah   tanggal 14  Agustus  1995. Dari  induk 102 ekor  bandeng  yang  telah   dipeliahara,  setiap  tahunnya  akan  mengahasilkan 48  juta  nener.  Mengingat  kebutuhan  yang  masih  skala terbuka luas maka pembangunan pembenihan bandeng skala menengan ini akan terus dikembangkan menjadi skala lengkap. Karena mengingat kebutuhan nener bandeng petani sawah tambak setiap tahunnya mencapai 150 juta nener.

PERTANIAN

PERKEBUNAN

PERHUTANAN

PARIWISATA

PETERNAKAN

TAMYANGSANG

PERIKANAN

PERINDUSTRIAN

PERTAMBANGAN

[LAMONGAN] [PROFIL] [DEMOGRAFI] [POTENSI] [ABOUT US]