Legenda dari Lamongan tidak dapat dipisahkan dengan adanya
makam Ronggo Hadi yang ada di Temenggungan. Ronggo Hadi adalah seorang santri Sunan Giri III yang telah berhasil menyebarkan agama islam
di beberapa Desa di sekitar Gunung Kendeng dan Babat. Karena Ronggo Hadi telah menunjukkan kepatuhan dan
prestasinya dalam menyebarkan agama Islam di daerah Lamongan, Sunan Giri mengangkatnya menjadi seorang Adipati dengan sebutan Tumenggung Surajaya.
Peristiwa pengangkatan Ronggo Hadi sebagai
Adipati, menurut penelitian Panitia Penyusun Naskah Hari Jadi dan Sejarah Lamongan yang jatuh pada hari Kamis Pahing tanggal 10 Dzul-hijjah 976 H.
Bertepatan dengan tanggal 26 Mei 1569 M. Tanggal, Bulan dan Tahun tersebut oleh Dewan Perwakilan Rahyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat
II lamongan dengan keputusan nomor 05 tahun 1983 tanggal 26 Desember 1983 ditetapkan menjadi Hari Jadi Kota Lamongan.
Tentang asal usul Ronggo Hadi, terdapat dua versi. Menurut Tim Penyusun Naskah Hari Jadi
Dan Sejarah Lamongan, bahwa Ronggo Hadi itu berasal dari Dusun Cancing, Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang. Tetapi menurut para keturunan
Sunan Giri dari Badu Wanar Kecamatan Pucuk (seperti pernah dituturkan oleh alm. R. soemoprawiro mantan Carik Desa Wanar, alm. R. Soemowidjojo mantan guru SRN Bedingin, alm. R.
Soemodiharjo mantan Kepala KUA Kecamatan Sugio, dan alm. R. Sirhasjim Kromodiharjo mantan Kepala SRN Kuripan Babat), bahwa Ronggo Hadi itu putera
Syekh Koja paman Sunan Dalem (Sunan Giri II). Dengan demikian, Ronggo Hadi itu paman Sunan Prapen. Jadi bukan orang lain. Dalam mengemban
tugas sebagai Adipati, beliau didampingi oleh Pangeran Deket atau Sunan Lamongan, Yakni saudara Sunan Prapen. Penuturan ini
berdasarkan naskah rontal yang ikut terbakar ketika Belanda membakar 176 buah rumah di Desa Wanar pada tanggal 17 April 1949.
Pada masa pemerintahan Tumenggung
Surajaya yang berada pada era Giri, perekonomian di daerah Lamongan besar kemungkinan keadaannya lebih baik. hal ini mengingat saat itu perdagangan dari
Pelabuhan Gresik daratan (Giri) makin maju bahkan telah dapat menembus kepulauan Maluku yang kaya akan
rempah-rempah. Pada saat itu perhubungan dari daerah Lamongan ke Pelabuhan Jaratan dapat dilakukan lewat jalan Darat dan lewat Sungai Lamong. Bahwa
Lamongan pada waktu itu telah memiliki ketahanan ekonomi dan pertahanan, tersirat dalam legenda mBah Alun yang memperhatikan pertahanan pantai utara Lamongan
|